Katativi.com – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) melaporkan pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) tingkat SMA/SMK/MA hari pertama berjalan lancar, Senin (03/11).
Namun, anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mengaku pada hari yang sama mendapatkan laporan kendala TKA dari beberapa sekolah. Ada yang mengalami sistem logout sebelum waktunya, ada yang mati lampu, masalah jaringan internet. Bahkan ada masalah keterlambatan token untuk login hingga soal-soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi.
Baca Juga: Ledia Hanifa Ingatkan Pentingnya Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga Bagi Disabilitas
“Kalau soal ada kendala pada TKA, saya mengakui dari sekian ribu sekolah tentu tidak akan bisa 100 persen lancar dan mulus. Tetapi kita harus segera mengatasi setiap kendala, jangan sampai merugikan peserta TKA. Terutama kendala-kendala yang bisa dicegah seperti jaringan internet lambat dan token yang terlambat,” ujar Ledia
Apalagi sebelum TKA ini berlangsung, lanjut Ledia, setiap sekolah harus melaksanakan gladi bersih sepekan sebelumnya. Karena itu, munculnya kendala seharusnya sudah bisa ditekan seminimal mungkin dan jangan sampai berulang pada hari berikut.
Ledia melakukan kunjungan mengenai persiapan TKA ke beberapa sekolah di Kota Bandung dan Kota Cimahi. Dia mengunjungi pada 27 hingga 29 Oktober lalu. Dari sini, dia menemukan beragam hal serupa berdasarkan informasi pihak sekolah, seperti kasus mati lampu, sistem log out dan login yang sangat lambat.
“Saat itu dua SMK di Bandung dan MAN di Cimahi yang saya datangi membagi sesi gladi bersih TKA menjadi pagi dan siang. Terungkap, rata-rata kendala pada sesi siang adalah sistem error sehingga peserta terhambat mengerjakan soal. Ada yang jawaban siswa bisa tersimpan tetapi ada yang harus mengulang dari awal. Sementara soal keterlambatan token merata terjadi pada dua sesi. Bahkan ada yang sampai 25 menit token tidak kunjung dapat akses,” ungkap Ledia.
Persiapan TKA Cukup Baik
Persiapan sekolah sendiri menurut sekretaris Fraksi PKS DPR RI ini sudah cukup baik. Beberapa kunjungan, pihak sekolah menyiasati keterbatasan gawai dengan membagi TKA dalam beberapa sesi. Khusus MAN di Cimahi bahkan membagi gladi bersih TKA dalam 3 sesi per hari. Mereka pun harus menyewa 80 laptop untuk memenuhi kebutuhan 108 gawai.
Pada SMKN 14 Kota Bandung lebih dari 50% siswa ikut TKA, pada SMKN 10 hanya 7 anak dari 400 siswa tidak ikut TKA. Sementara di MAN Cimahi seluruh siswa, sebanyak 390 orang ikut TKA.
“TKA ini memang tidak wajib, tidak menjadi penentu kelulusan. Hanya memang termasuk perhitungan bila ingin melanjutkan kuliah. Namun entah kebetulan atau tidak, tapi memang pada SMKN 10 dan MAN Cimahi yang kepala sekolahnya perempuan, peserta TKA-nya lebih banyak, bahkan ada yang 100 persen. Mungkin karena pendekatannya lebih persuasif ya. Katanya sih anak-anak agar ikut saja, daripada nanti menyesal tidak punya sertifikat,” pungkasnya berkelakar. (rul)”