KATATIVI, BANDUNG – Bandung sudah lama dikenal sebagai surga kuliner, menarik pecinta makanan dari berbagai penjuru negeri. Salah satu penggemar setianya adalah Yuke Sampurna, basis band legendaris Indonesia, Dewa 19. Dalam kunjungan terbarunya ke kota kelahirannya, Yuke menikmati salah satu hidangan khas Bandung, Tulang Jambal, dan tak bisa menahan kekagumannya pada rasa yang kaya dan khas dari kuliner ini.
“Setiap kali pulang ke Bandung, saya selalu menyempatkan diri untuk menjelajahi kuliner di sini,” kata Yuke saat menikmati sepiring Tulang Jambal di sebuah warung sederhana di Jalan Aceh No. 27. Hidangan ini terbuat dari tulang ikan jambal (ikan asin) yang dimasak dengan rempah-rempah tradisional yang telah diwariskan selama bertahun-tahun. Bagi Yuke, makanan yang sederhana namun penuh rasa ini menggambarkan dengan sempurna semangat kuliner Bandung.
BACA JUGA:Amanda Soemedi: Gugah Generasi Muda Cintai Produk Kerajinan Lokal
“Tulang Jambal punya karakter yang unik. Daging yang masih menempel di tulang ikan, dipadukan dengan rempah-rempah kaya rasa, menjadikannya hidangan yang sempurna untuk makan siang atau malam,” jelasnya. Yuke menekankan keaslian cita rasanya, mencatat bagaimana rempah-rempah itu menyatu sempurna dengan daging, menciptakan hidangan yang gurih sekaligus menyegarkan.
Reputasi Bandung yang menawarkan hidangan legendaris dengan harga terjangkau membuat Yuke terus kembali untuk menikmati kuliner di sini. “Penggunaan rempah lokal benar-benar menonjol di sini. Ini adalah salah satu hidangan yang masih bisa menarik perhatian orang meski sudah bertahun-tahun,” katanya sambil tersenyum.
Di tengah tantangan ekonomi, Yuke percaya bahwa bisnis kuliner lokal berhasil bertahan, terutama yang menjual hidangan tradisional seperti Tulang Jambal. Dia mencatat bahwa meskipun ada penurunan selama pandemi, dunia kuliner di Bandung, khususnya pedagang kecil, menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
“Saya pernah tinggal di Bali selama tiga tahun, dan selama COVID-19, hampir semuanya tutup. Tapi para pedagang makanan lokal, terutama yang menjual hidangan tradisional, masih bisa bertahan,” kenang Yuke, menyoroti naluri bertahan hidup yang kuat dari sektor ritel makanan.
Yuke sendiri bukan orang asing di dunia bisnis kuliner. Dia pernah menjalankan usaha kuliner yang sukses di Bandung, menawarkan Sate Domrut (sate domba Garut). Bukan hanya kecintaan pada makan yang mendorongnya, tapi juga seni meracik hidangan lezat. “Saya dulu membuat Sate Domrut. Itu luar biasa, terutama menggunakan domba Garut berkualitas tinggi,” katanya dengan bangga. Namun, ketika berbicara soal Tulang Jambal, Yuke dengan ceria mengakui, “Tulang Jambal bikinan Ananda yang paling enak.”
Ananda Putri, sosok di balik hidangan ini, telah menyajikan Tulang Jambal versinya sejak tahun 2006. Selama bertahun-tahun, dia tetap setia pada resep asli sambil memastikan hidangan ini tetap menjadi favorit di kalangan warga lokal dan pengunjung. Dengan harga Rp37.000 per porsi, pelanggan bisa menikmati makanan ikonik ini, serta hidangan populer lainnya seperti Daging Jambal dan Telor Jambal yang juga mendapatkan banyak penggemar setia.
“Tulang Jambal ini istimewa karena tulang ikannya masih memiliki daging lembut yang meresap rempah-rempah khas yang kami gunakan. Ini membuat hidangannya segar dan lezat,” jelas Ananda. Komitmennya untuk menjaga cita rasa otentik dari Tulang Jambal telah membuahkan hasil, menjadikan hidangan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Bandung.
Bagi Yuke dan banyak orang lainnya, Tulang Jambal bukan sekadar makanan. Ini adalah pengingat akan budaya kuliner kota yang kaya—perpaduan sempurna antara tradisi, cita rasa, dan inovasi. Baik Anda warga lokal maupun pengunjung, harta karun kuliner Bandung seperti Tulang Jambal dijamin akan meninggalkan kesan mendalam. **
